
Jakarta –
Pemerintah Prabowo-Gibran melaksanakan efisiensi besar-besaran. Aturan dipangkas, tergolong pariwisata. Menurut pengamat, kini saatnya justru pembuktian.
Kementerian Pariwisata di bawah kepemimpinan Widiyanti Putri Wardhana kini dihadapkan pada kenyataan bahwa budget mereka dipangkas Rp 603,8 Miliar.
Dari budget semula sebesar Rp 1,48 Triliun, kini hanya tinggal tersisa Rp 884,9 Miliar. Pemangkasan itu tentunya memiliki pengaruh ke banyak hal. Hotel-hotel di tempat akan ‘menjerit’ alasannya yaitu banyak kegiatan MICE dari pemerintah yg dibatalkan.
Menpar Widiyanti telah menegaskan, meski budget Kemenpar dipangkas, tapi sasaran mereka tidak mulai berubah.
“Mengenai proyeksi target, sasaran itu sudah diputuskan oleh Bappenas, kalian tidak menyeleksi sasaran sendiri. Kami tidak melaksanakan proyeksi sasaran gres alasannya yaitu kalian optimistis bisa hingga dengan sasaran tersebut,” kata Widiyanti dalam pertemuan kerja bareng Komisi VII dewan perwakilan rakyat RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Rabu (12/2/2025) dikutip dari Antara.
Baca juga: Pemerintah Efisiensi Aturan, Hotel Jakarta Kehilangan Pendapatan Hingga 40% |
Pengamat pariwisata, Taufan Rahmadi menganggap justru di masa sekarang merupakan saatnya pembuktian bahwa di tengah efisiensi anggaran, sektor pariwisata tetap dapat survive bahkan bisa menorehkan prestasi.
“Di tengah kondisi ini, menjadi terang bahwa keberlanjutan pariwisata tidak lagi cuma bergantung pada kebijakan pemerintah semata, tetapi juga pada bagaimana seluruh bagian dalam ekosistemnya saling menguatkan,” kata Taufan terhadap detikTravel, Jumat (14/2/2025).
Taufan menilai, di saat seumpama kini ini menjadi suatu saat-saat bagi Menpar Widiyanti buat mendefinisikan kembali kiprahnya bukan sekadar selaku eksekutor kebijakan, tapi selaku pemimpin orkestrasi kolaborasi.
“Setiap pihak, baik besar maupun kecil, memiliki kiprahnya masing-masing dalam mempertahankan biar sektor ini tetap berkembang dan berkembang. Sejarah sudah menunjukan bahwa di saat tantangan tiba, mereka yg dapat bertahan bukanlah yang paling kuat, tetapi yg paling adaptif,” imbuh Taufan.
Baca juga: Pemerintah Efisiensi Aturan, Wisata Jogja Cari Celah biar Tetap Cuan |
Menurut Taufan, di kurun Presiden Prabowo, sektor pariwisata Indonesia tak cuma dituntut buat bertahan, tetapi juga untuk menunjukan bahwa dalam keterbatasan, ada potensi untuk melompat lebih tinggi
“Bukan wacana berapa besar budget yg tersedia, tetapi sejauh mana kreativitas, inovasi, dan sinergi sanggup menjadi materi bakar utama dalam menggerakkan industri pariwisata ke depan,” beber Taufan.
Dengan pendekatan kepemimpinan yg berorientasi pada efektivitas dan hasil nyata, Taufan menganggap Kepala Negara Prabowo ingin menyaksikan bagaimana sektor pariwisata mampu menerima jalannya sendiri tanpa senantiasa bertumpu pada budget negara.
Baca juga: Efisiensi APBN dan APBD Bikin Hotel-Hotel di Bandung Boncos, Rugi Miliaran |
Ada banyak yang dapat dilaksanakan pemerintah, khususnya kerja sama dengan banyak sekali pihak, agar bagaimana dapat melaksanakan kegiatan dan meraih sasaran tanpa bergantung sepenuhnya pada budget negara.
“Saat budget kegiatan teknis dipangkas hingga nol, penyelesaian tak sanggup lagi datang dari sesuatu arah melainkan dari sinergi, kreativitas, dan kerja bersama. Pariwisata yaitu sektor yang hidup dari keterhubungan. Tidak ada sesuatu bagian pun yang sanggup berlangsung sendiri,” kata Taufan.
“Ketika satu bab mengalami tantangan, maka kekuatan tolong-menolong terletak pada bagaimana ekosistemnya saling menopang. Di tengah keterbatasan, timbul ruang buat pendekatan yang lebih terbuka, lebih fleksibel, dan lebih dinamis,” pungkas dia.