
Mataram –
Sebanyak 21 Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) yg tergabung dalam Majelis Senat Akademik (MSA) berkumpul di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka membahas arah dan taktik observasi di Indonesia.
Wakil Ketua MSA PTN-BH Ganjar Kurnia menyinari besaran dana riset di Indonesia yg masih relatif kecil. Yakni, cuma 0,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Besaran dana riset itu jauh di bawah negara-negara yang lain yang meraih angka 3,7 persen hingga 4 persen.
“Saat ini, dana riset cuma meraih 0,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kami dorong mudah-mudahan budget ini sanggup meningkat meraih satu persen saja, itu sudah cukup baik. Sementara negara-negara lain telah mengalokasikan hingga 3,7 hingga 4 persen,” ungkap Ganjar dalam pemberitahuan persnya, Minggu (11/8/2024).
Baca juga: Pertama di Bima-Dompu, UMB Buka Program Studi Magister Hukum dan Pendidikan |
Menurut Ganjar, taktik observasi di Indonesia saat ini masih acak. Menurutnya, observasi perlu diarahkan sesuai dengan rencana pembangunan nasional buat meraih Indonesia Emas 2045.
“Jangan hingga kalian sedang observasi yg tidak berhubungan dengan rencana pembangunan nasional Indonesia Emas,” kritiknya.
Ganjar menyangka banyak hasil observasi yang tidak dimanfaatkan oleh pemerintah. Hal itu sanggup jadi disebabkan oleh ketidakrelevanan observasi dengan keperluan pemerintah.
“Poly observasi yg lebih difokuskan buat menyanggupi persyaratan akademik, penerbitan jurnal, dibandingkan dengan penerapan praktis. Jurnalnya terbit, namun manfaatnya? Oleh lantaran itu, observasi mesti memiliki faktor ilmiah dan pengembangan yg memiliki arti buat kehidupan masyarakat,” tegasnya.
Ketua MSA PTN-BH Edy Rianto menerangkan utusan 21 PTN-BH di Indonesia ini berdiskusi dan mencari penyelesaian atas tantangan-tantangan yang ada dalam perkembangan pendidikan dan observasi ke depan.
“Hasil dari diskusi ini mulai dibawa pulang oleh setiap utusan ke kampus masing-masing buat diimplementasikan,” terperinci Edy.
“Esensi konferensi ini yakni mempertahankan agar mutu Tri Dharma Perguruan Tinggi selalu meningkat. Itulah yang menjadi konsentrasi MSA PTN-BH,” lanjutnya.
Rektor Universitas Terbuka Ojat Darojat menerangkan Universitas Terbuka diandalkan selaku tuan rumah pelaksanaan Sidang Paripurna MSA PTN-BH 2024. Acara ini menjadi potensi buat menyebarkan pengalaman dan wawasan guna mempertahankan marwah akademik PTN-BH.
“Bukan hanya prosesnya yang berkualitas, namun juga jadinya dibutuhkan kian baik. Kami yakin bahwa buat menjangkau kesuksesan di masa depan dan mendukung pemerintah dalam memajukan mutu SDM menyongsong Indonesia Emas, kolaborasi dengan pihak lain sungguh utama,” ujarnya.
Keberadaan PTN-BH di penduduk dibutuhkan sanggup menampilkan dampak kasatmata untuk perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia. Peran perguruan tinggi dalam mengakselerasi mutu Sumber Daya Manusia (SDM) perlu disokong dengan kenaikan mutu akademik di masing-masing PTN-BH.
Delegasi Sidang Paripurna MSA PTN-BH 2024 dari 21 PTN-BH di Indonesia, antara yang lain, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, IPB University, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, dan Universitas Hasanuddin.
Berikutnya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Sebelas Maret, Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Semarang, Universitas Terbuka (host), Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Syah Kuala.